Sosis Solo, bagi yang belum tahu makanan ini sebelumnya, pasti mengira bahwa bentuknya menyerupai sosis daging yang dibalut dengan usus atau lembaran gelatin hewan yang biasa kita makan itu, deh. Nyatanya, bentuknya jauh berbeda, dan menyerupai seperti risol. Sosis Solo merupakan makanan khas dari kota Solo provinsi Jawa Tengah, yang terbuat dari daging sapi atau ayam giling yang kemudian dibungkus dengan dadar telur.
Mengapa dinamakan sosis? Ya, memang pada zaman penjajahan Belanda, makanan ini diadopsi atau terinspirasi dari makanan sosis, yang kemudian diubah dan disesuaikan dengan bumbu dan gaya lokal masyarakat kota Solo sehingga menjadi makanan khas daerah. Itulah mengapa nama makanan tersebut dinamakan dengan sebutan Sosis Solo.
Sosis buatan orang Eropa terbuat dari adonan daging giling yang dicampur susu. Pada saat itu, orang Solo ingin merasakan kenikmatan dari sosis orang Belanda, saat mereka tahu bahwa adonan sosis tersebut dibuat dari susu, akhirnya orang Solo membuat dengan versinya sendiri menyesuaikan lidah mereka. Karena saat itu masyarakat Solo tidak biasa mengonsumsi susu. Akhirnya dibuatlah sosis versi Solo dengan bumbu merica, bawang putih, dan pala.
Siapa Yang Membuat Pertama Kali?
Konon kabarnya Kanjeng Sunan Pakubowono X sendiri yang mengubah dan meracik pertama kali namun sumber yang lain mengatakan bahwa Sosis Solo dibuat karena masyarakat ingin mencoba makanan kesukaan para meneer dan noni Belanda. Meskipun hasil adopsi dari makanan luar, namun rasa maupun penampilan, Sosis Solo sangat khas dan berbeda dengan sosis di daerah lainnya.
Ceria lain menjelaskan bahwa Sosis Solo berasal dari kreatifitas pengusaha restoran Tionghoa di Solo. Mereka melihat peluang bisnis dengan menjajakan sosis kreasinya untuk para bangsawan colonial dan priyayi di Solo pada masa penjajahan.
Ada 2 Jenis Sosis Solo yang Dikenal, yaitu:
1. Sosis Solo basah, yaitu sosis solo yang dikukus.
2. Sosis Solo goreng.
SOSIS KHAS ORANG SOLO MEMILIKI CITA RASA YANG BERBEDA DARI INSPIRASINYA
